Bapak A mengawali usahanya sebagai penjual bakso keliling. Setiap
pagi-pagi sekali dia selalu pergi ke pasar membeli bahan untuk membuat bakso.Sepulang
dari pasar, Bapak A dibantu istri dan anaknya menyiapkan segala keperluan untuk
membuat bakso. Sejak awal berjualan, Bapak A selalu memilih bahan-bahan yang
terbaik untuk menjaga kualitas bakso jualannya. Setelah bakso dan uba rampenya
siap, sekitar jam 4 sore Bapak A mulai menjajakan baksonya dengan menggunkan
gerobak. Ada sekitar 8 kampung yang didatangi Bapak A untuk berjualan bakso
bahkan disaat hujan sekalipun tidak menyurutkan semangat Bapak A untuk tetap
menjajakan baksonya. Bila sedang ramai, jam 9 malam Bapak A sudah bisa kembali
ke rumah. Namun saat sedang sepi, sampai tengah malam baru kembali ke rumah.
Itupun masih dengan dagangan yang masih tersisa. Berbagai pengalaman pahit
maupun manis pernah dialami Bapak A. Mulai dari dagangan yang diborong orang
mabuk tanpa dibayar, dirampas uang hasil penjualan baksonya, sampai ditabrak
metromini. Namun Bapak A tetap bersemangat berjualan bakso.
Lambat laun jumlah pelanggan bakso Bapak A mulai banyak. Bapak A yang
sudah menyisihkan sebagian uang dari sebagian keuntungan penjualan baksonya
sejak 10 tahun yang lalu akhirnya punya uang untuk menyewa sebuah ruko kecil di
pasar kecamatan. Langkah cerdas yang dilakukan Bapak A seminggu menjelang
kepindahanya di tempat jualan yang menetap, dia membagikan brosur kecil kepada
para pelanggannya yang berisi informasi mengenai dimana dia akan berjualan
secara menetap. Hal ini akan memudahkan para pelanggan untuk menemukan dimana
Bapak A berjualan.
Ternyata keputusan untuk berjualan secara menetap di pasar kecamatan
merupakan keputusan yang tepat. Kurang dari setahun usaha jualan bakso Bapak A
berkembang dengan pesat dan mampu membeli ruko yang selama ini disewa untuk
tempat berjualan bahkan Bapak A juga membeli 3 ruko disamping ruko yang
ditempati sekarang. Sampai akhirnya tepat setahun setelah berjualan secara
menetap, Bapak A juga bisa membuka 3 cabang warung baksonya di ibukota
kabupaten. Sejak saat itu, usaha jualan bakso Bapak A terus berkembang hingga
sampai saat ini telah mempunyai cabang sebanyak 50 warung bakso yang tersebar
di berbagai kota di Indonesia. Sampai akhirnya saat ini bisnis jualan bakso
telah dilakukan secara franchise mengingat banyaknya permintaan untuk membuka
cabang di beberapa kota lainnya. Dengan mengembangkan usaha secara franchise,
secara otomatis Bapak A harus mensuplai kebutuhan bakso pada setiap cabang. Hal
inilah yang mendorong Bapak A untuk mendirikan usaha pembuatan bakso. Bila
semula produksi baksonya hanya untuk mencukupi kebutuhan cabang, lambat laun
hasil produksi baksonya tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan sendiri namun
juga telah mampu menghiasi rak-rak di beberapa supermarket besar tingkat
nasional
Berawal dari berjualan bakso secara keliling yang kemudian meningkat
menjadi berjualan menetap di sebuah ruko sampai akhirnya memiliki perusahaan
yang memproduksi bakso telah mengantarkan kisah sukses Bapak A untuk menjadi
salah satu pengusaha yang berhasil di Indonesia. Berkat ketekunan, kejujuran,
keuletan, serta jiwa pantang menyerah telah membuktikan bahwa tidak ada sesuatu
yang tidak mungkin diraih apabila kita mau berusaha.
Sumber:
http://carapedia.com/kasus_perusahaan_sukses_info752.html
http://www.upnyk.ac.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar